Oleh: Fachrur Rizha, S.Sos.I
Sosiologi sebagai landasan ilmu komunikasi dapat dilihat terlebih dahulu dari fokus sosiologi itu sendiri seperti apa, apakah ada hubungan atau tidak dengan komunikasi sehingga bisa menjadi kontributor untuk lahirnya ilmu komunikasi. Namun sebaliknya bila tidak ada hubungan atau keterkaitan dengan komunikasi tentunya tidak bisa dijadikan sebagai landasan lahirnya ilmu komunikasi. Sebelum kita melihat keterkaitan sosiologi dengan komunikasi sehingga menjadi landasan lahirnya ilmu komunikasi, maka terlebih dahulu kita melihat dulu mengenai sosiologi itu sendiri.
Kata sosiologi berasal dari Sofie, yaitu bercocok tanam atau bertaman, kemudian berkembang menjadi socius, dalam bahasa latin yang berarti teman, kawan. Berkembang lagi menjadi kata sosial, artinya berteman, bersama, berserikat. Secara khusus kata sosial maksudnya adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Dengan kata lain menurut Hassan Shadily sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya, (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya) dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah lau serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya(Shadily, 1993: 1-2).
Kekhususan sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan ditunjang bersama (Veeger,1985:3). Berbeda dengan matematika, misalnya, yang objeknya mudah dikenal sifatnya pasti yakni angka-angka, subjek kajian sosiologi paling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas. Keduanya saling mengisi dan meresapi. Sosiologi mempelajari perilaku manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri usal-usul tumbuhnya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya (Occupational Outlook Handlook, 1980-1981,US Departement of Labor, 1980: 431).
Sosiologi adalah ilmu yang membahas masalah tatanan/susunan. Melalui ini orang mengetahui berbagai fenomena yang saling mempengaruhi dalam pola-pola kehidupan masyarakat. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soemardjan dan Soemardi, 1964 : 14). Singkat kata, dapat dikatakan bahwa sosiologi tidak hanya merupakan suatu kumpulan subdisplin segala bidang kehidupan, melainkan merupakan suatu studi tentang masyarakat. Walaupun sebagian objek sosiologi sama dengan ilmu pengetahuan lainnya, namun sosiologi memandang kehidupan bermasyarakat dengan caranya sendiri (Narwoko dan Suyanto, 2004: 4).
Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857). Erikson (Ritzer,2004: 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu sosiologi modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Claude Hanri-Saint Simon (1760-1825), Adam Smith atau para moralis Skotlandia adalah sumber sebenarnya dari sosiologi modern. Namun demikian, Comte memiliki jasa yang luar biasa untuk memperkenalkan sosiologi kepada dunia. Orang lain yang berjasa pada awal-awal perkembangan sosiologi adalah Emile Dulkheim (1858-1917). Karya-karya Dulkheim masih diwarisi oleh pandangan pencerahan pada sains dan reformasi sosial (Burhan Bungin, 2007: 15-16)
Fokus kajian ilmu sosiologi adalah pada interaksi sosial yang diisyaratkan oleh adanya fungsi-fungsi komunikasi. Sosiologi itu sendiri berdasarkan konsepsional pragmatis (Nina W. Syam. 2009: 3-6) menyimpulkan sebagai berikut:
1. Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu alam atau ilmu kerohanian. Pembedaan tersebut bukanlah pembedaan tentang metode, melainkan menyangkut pembedaan isi. Ini berguna untuk membedakan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan dengan gejala alam dan kemasyarakatan. Pembedaan tersebut untuk membedakan sosiologi dari astronomi, fisika, geologi, biologi dan ilmu alam lainnya.
2. Sosiologi bukanlah disiplin ilmu normatif, melainkan disiplin ilmu kategoris; artinya sosiologi terbatas pada apa yang terjadi kini, tidak pada apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. Sebagai ilmu, sosiologi membatasi diri teradap persoalan penilaian, sehingga sosiologi tidak menetapkan kearah mana sesuatu seharusnya berkembang. Juga, tidak memberi petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dan politik. Dengan kata lain pandangan-pandangan sosiologi tidak dapat menilai apa yang buruk dan apa yang baik; apa yang benar dan apa yang salah, serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sosiologi menetapkan masyarakat pada suatu waktu dan tidak dapat menentukan bagaimana nilai-nilai tersebut seharusnya. Jadi, sosiologi berbeda dengan filsafat kemasyarakatan, filsafat politik, etika dan agama.
3. Sosiologi merupakan ilmu murni (pure sience), bukan merupakan ilmu terapan atau terpakai (applied sience). Dari sudut penerapannya perlu dicatat, ilmu pecah menjadi dua bagian: pure sience dan applied sience. Pure sience ialah ilmu yang bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu secara abstrak, yakni hanya untuk meningkatkan mutu tanpa menggunakannya dalam masyarakat. Applied sience ialah ilmu yang mempergunakan dan menetapkan ilmu itu dalam masyarakat dengan maksud membantu kehidupan masyarakat.
4. Tujuan dari sosiologi adalah menetapkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, bukan untuk mempergunakan pengetahuan itu terhadap masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang bertujuan mendapatkan fakta-fakta dari masyarakat yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakat, meskipun sosiologi bukan berarti tidak mempunyai kegunaan sama sekali.
5. Sosiologi merupakan ilmu abstrak, bukan ilmu konkret; artinya, perhatian sosiologi bukan pada bentuk dan pola-pola peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, melainkan pada wujudnya yang konkrit. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum interaksi antar manusia serta sifat hakikat, bentuk isi dan struktur dari masyarakat manusia.
6. Sosiologi merupakan ilmu empiris rasional yang menyangkut metode yang digunakannya.
Interaksi sosial yang berlangsung rutin dan tindakan sosial yang dilakukan orang-orang, bagi para ahli sosiologi adalah sebuah proses yang membentuk kenyataan sosial yang perlu dipernyatakan dan dibongkar untuk kemudian merangakainya kembali dalam suatu bentuk analisis tertentu yang dapat diteliti, dan dikomunikasikan kepada orang lain, serta diuji kembali kebenarannya.
Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan yang lain (Narwoko dan Suyanto, 2004: 15-16).
Sebagaimana pembentukan kelompok yang terjadi melalui proses interkasi sosial, pembentukan masyarakat pun terjadi melalui proses interaksi antarkelompok. Proses pembentukan kelompok dan masyarakat luas itu terjadi melalui komunikasi. Komunikasi berawal dari pertemuan atau perkenalan. Komunikasi merupakan proses interaksi karena adanya stimulus (rangsangan) yang memiliki arti tertentu dan dijawab oleh orang lain (response), baik secara lisan, tertulis, maupun aba-aba. E. Bogardus mengemukanan “Communication gesture by one person which produces a response in the form of a verbal or silent symbol by second person”. Komunikasi menghasilkan interkasi sosial yang memungkinkan adanya kontak sosial (social contact). Kontak sosial merupakan usaha tindakan pertama, meskipun kontak ini belum mampu membentuk komunikasi yang berkelanjutan. Pembentukan komunikasi terjadi melalui kontak sosial. Itulah sebabnya, pembahasan komunikasi selalu berkaitan dengan proses sosial, yakni kegiatan pertukaran pikiran dan modifikasi sistem nilai. Komunikasi sosial di sebuah masyarakat merupakan proses yang tidak bisa dilepaskan dari sistem nilai masyarakat.
Sebagai sebuah proses maka komunikasi mentransfer lambang-lambang yang mengandung arti sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai proses sosial. Lambang-lambang yang diberi makna oleh individu mempunyai arti khusus bagi masyarakat tersebut. Karena proses adalah any conntected series of event, secara otomatis proses komunikasi dapat disebut sebagai proses sosial. Menurut Lambert (1965:150) komunikasi sebagai suatu proses, mempunyai beberapa segi, yaitu objektif (lambiag sendiri) dan subjektif (arti yang diberikan pada sesuatu lambang) (Nina W. Syam, 2009:14).
Suatu kenyataan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempunyai berbagai materi penelitian yaitu segala kejadian nyata dalam kehidupan manusia. makna menjadi sangat penting dalam konteks sosial, di mana menjadi makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh individu yang mendapatkan informasi, karena makna yang dikirim oleh komunikator terhadap komunikan menjadi sangat subjektif. Ini ditentukan oleh kontak sosial ketika informasi itu dikirim dan diterima. Sosiologi menjelaskan bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. kontak sosial menjadi sangat bermakna karena ada komunikasi sehingga kehidupan sosial akan menjadi hidup, tanpa komunikasi interaksi sosial tidak akan terjalin.
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di mana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman sementara Claude Hanri-Simon,Auguste Comte, dan Emile Dukheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis. Fokus Interkasi dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. (Burhan Bungin, 2006: 27)
Hubungan komunikasi dengan sosiologi terikat pada proses peningkatan kerjasama antarmanusia, yakni apakah kerjasama itu antar individu ataukah antar individu dengan masyarakat yang lebih luas. Masyarakat dalam hal ini merupakan satuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan stabil. Masyarakat sebagai kesatuan komplementer satu sama lain karena masyarakat tidak akan ada tanpa individu dan individu takkan ada tanpa masyarakat. Ini dapat dilihat dari kenyataan manusia dipengaruhi oleh masyarakatdalam proses pembentukan pribadinya, sebaliknya, individu mempengauhi masyarakat bahkan dapat menyebabkan perubahan besar terhadap masyarakat. Kedua unsur ini terbukti bahwa manusia adalah makhluk berpikir dapat mengambil kesimpulan dan mempelajari dari pengalamannya selain dari hasil pendidikannya untuk mencetuskan ide-ide baru. Sehingga masyarakat selalu berada dalam proses sosial yakni proses pembentukan masyarkat dan proses pembentukan ini terjadi dengan sendirinya bias berjalan dengan dua kemungkinan yaitu sarasi atau bertentangan. Pertentangan mudah terjadi apabila sistem prilaku dari setiap individu atau kelompok tidak dapat menerima tugas dan peran yang “diserahkan” kepadanya, proses ini semua bisa terjadi karena adanya komunikasi.
Proses komunikasi sekurang-kurangnya memerlukan dua orang, seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain sehingga proses interaksi dan sosial terjadi, sangat tergantung pada norma-norma masyarakatnya. Tetapi, karena norma di dalam masyarakat juga dibentuk oleh proses komunikasi. Struktur komunikasi dapat mencerminkan masyarakat. Kesimpulannya, proses komunikasi dan sosiolgi sangat erat kaitannya dengan segi objektif dan subjektif. Maksudnya, masalah simbolisasi sehingga pendekatan simbolis pada proses komunikasi melalui pemahaman interaksionisme simbolik sangatlah relevan.
Komunikasi dan sosiologi merupakan dua hal yang saling keterkaitan, dengan demikian sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sudah lama berkembang, sedangkan komunikasi merupakan proses interaksi yang berada dalam kajian sosiologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosiologi menjadi landasan untuk lahir dan berkembangnya ilmu komunikasi untuk mengkaji kualitas interaksi sosial masyarakat.
Daftar Pustaka:
Burhan Bungin, 2006, Sosiologi Komunikasi, Prenada Media Group, Jakarta.
Deddy Mulyana, 2004, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja Rosda Karya, Bandung.
J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto (ed), 2004, Sosiologoi Teks Pengantar dan Terapan,Prenada Media, Jakarta.
Nina W. Syam, 2009, Sosiologi Komunikasi, Humaniora, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar