Kamis, 04 Maret 2010

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

Oleh: Fachrur Rizha, S.Sos.I

Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Littlejhon dalam Theories of Human Communication mendefinisikan komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu. Pengertian lainnya Kumunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

De Vito mendefinisikan Komunikasi antar pribadi “..The process of sending and receiving messages between two persons or among a small group of persons with some effect and some immediate feedback..”

Pentingnya komunikasi interpersonal :
1. Membantu perkembangan intelektual dan sosial.
2. Menemukan identitas/jati diri.
3. Memahami realitas disekeliling kita.
4. Mengembangkan kesehatan mental.

Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa erbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face).
Sebagaian komunikasi antarpribadi memang memiliki tujuan, misalnya apabila seseorang datang untuk meminta saran atau pendapat kepada orang lain.

Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah : (a) arus pesan dua arah; (b) komteks komunikasi dua arah; (c) tingkat umpan balik tinggi; (d) kemampuan mengatasi selektivitas tinggi; (e) kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat; (f) efek yang terjadi perubahan sikap. Lima ciri efektifitas komunikasi antarpribadi sebagai berikut : (1) keterbukaan (openess) ; (2) empati (empathy) ; (3) dukungan (supportiveness) ; (4) rasa positif (positiveness) ; (5) kesetaraan (equality).

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
• Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;
• Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.


Akar dari Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi, terutama analisis transaksional. Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok-kecil (www.wikipedia.org).
Komunikasi antarpribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua dimensi, yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya. Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati.

Proses interpretasi ini setiap individu berbeda. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda pula.
Dalam sudut pandang psikologis komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri. Saat dua orang berkomunikasi maka keduanya harus memiliki kesamaan tertentu, katakanlah laki-laki dan perempuan. Mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan, atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak komunikasi.

Saling berbagi pengalaman tidaklah berarti memiliki kesamaan pemahaman atau kesamaan diri yang tunggal tetapi bisa merupakan persinggungan dan sejumlah perbedaan. Fisher mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, proses intrapribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah konsep diri yang hadir dalam situasi antar pribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri sendiri, pandangan kita mengenai diri orang lain, dan pandangan kita mengenai pandangan orang lain tentang kita.

Pentingnya proses psikologis hendaknya dipahami secara cermat, artinya proses intrapribadi dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang sama dengan hubungan antarpribadi. Apa yang terjadi dalam diri individu bukanlah komunikasi antarpribadi melainkan proses psikologis. Meskipun demikian proses psikologis dari tiap individu pasti mempengaruhi komunikasi antar pribadi yang pada gilirannya juga mempengaruhi hubungan antarpribadi.

Jalaludin Rakhmat (1994; 80-120) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
2. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
4. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

• Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”

Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia:
1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia ikta. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu.
2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapar menemukan diri, yaitu mengetahui siap diri kita sebenarnya.
3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja, perbandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.
4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustasi. (A. Supratiknya, 1995 : 9-10).


REFERENSI:
A. Supratiknya, 1995, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi, Kanisius, Yogyakarta.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Grasindo, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonal.
http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/
http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi-kap-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kap/comment-page-1/


MEDIA MASSA DALAM MASYARAKAT MODERN. Wenner J. Severin and James W. Tankard, Jr (Communication Theories: Origins, Methods and Uses)

Oleh: Fachrur Rizha, S.Sos.I

Harold Lasswell dan Charles Wright adalah salah satu dari banyak sarjana yang telah serius mempertimbangkan fungsi dan peran media massa dalam masyarakat.

Harold Lasswell (1948, 1960), sarjana komunikasi dan profesor hukum di Yale, mencatat tiga fungsi dari media massa: pengawasan lingkungan; korelasi bagian-bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan hidup; dan transmisi sosial warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fungsi ini, media mungkin juga memiliki disfungsi, atau konsekuensi yang tidak diinginkan oleh masyarakatnya. Sebuah tindakan mungkin fungsional dan disfungsional.

Pengawasan, fungsi pertama, menginformasikan dan penyedia berita. Dalam melaksanakan fungsi ini media seringkali memperingatkan kita dari bahaya diharapkan seperti yang ekstrim atau kondisi cuaca yang berbahaya atau mengancam situasi militer (misalnya, krisis misil Kuba). Fungsi pengawasan juga mencakup berita menyediakan media yang sangat penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat seperti laporan pasar saham, laporan tentang kondisi jalan, dan lain-lain. Fungsi pengawasan juga dapat menyebabkan beberapa disfungsi. Panik dapat mengakibatkan melalui overemphasis dari ancaman bahaya kepada masyarakat (misalnya, Orson Welles ' "War of the Worlds" siaran yang keliru oleh banyak pendengar siaran berita). Lazarsfeld dan Merton (1948,1960) telah mencatat sebuah "narcotizing" disfungsi ketika individu jatuh ke dalam keadaan apatis atau pasif sebagai akibat terlalu banyak informasi untuk mengasimilasi. Selain itu, terlalu banyak pemaparan ke "berita" (yang tidak biasa, tidak normal, unordinary) mungkin meninggalkan banyak penonton dengan sedikit perspektif dari apa yang biasa, normal atau biasa dalam sebuah masyarakat.
Korelasi, fungsi yang kedua, adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering termasuk kritik dan resep bagaimana seharusnya bereaksi terhadap peristiwa. Ini adalah konten editorial dan propaganda media. Fungsi korelasi berfungsi untuk menegakkan norma-norma sosial dan memelihara konsensus dengan mengekspos deviants, menganugerahkan status dengan menggarisbawahi individu-individu yang dipilih di media dan dapat beroperasi sebagai sebuah pemerintah memeriksa. Dalam melaksanakan fungsi korelasi media sering dapat menghambat ancaman terhadap stabilitas sosial dan mungkin sering memantau atau mengelola opini publik.

Fungsi korelasi karena berfungsi ketika media stereotip melestarikan dan meningkatkan kesesuaian, menghambat perubahan sosial dan inovasi, meminimalkan kritik, menegakkan pandangan mayoritas dengan mengorbankan pendapat minoritas yang tidak ditayangkan, dan melestarikan dan memperpanjang kekuasaan yang mungkin perlu diperiksa.

Salah satu media utama korelasi disfungsi sering dikutip adalah terciptanya apa yang Daniel Boorstin telah disebut sebagai "pseudo-event" atau pembuatan "gambar" atau "kepribadian" - sebagian besar saham-dalam-perdagangan industri PR. Produk dan perusahaan diberi "gambar" dan individu telah publik "kepribadian" dibuat dari mereka melalui penciptaan "peristiwa" dibuat-buat untuk memperoleh liputan media. Aspiring politisi dan penghibur pemaparan untuk mencari pengakuan dan penerimaan publik, sementara perusahaan mencari gambar yang dihormati dan dicari produk dan jasa.

Sebagai pemancar budaya, fungsi media untuk mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma-norma dari satu generasi ke yang lain pada dari anggota masyarakat untuk pendatang baru. Dalam hal ini mereka melayani untuk meningkatkan kohesi sosial dengan memperluas basis pengalaman umum. Mereka membantu integrasi individu ke dalam masyarakat dengan terus sosialisasi setelah berakhir pendidikan formal maupun oleh awal itu selama tahun-tahun prasekolah. Telah dicatat bahwa media dapat mengurangi rasa individu keterasingan (anomie) atau perasaan rootlessness dengan menyediakan sebuah masyarakat untuk mengidentifikasi dengan. Namun, karena sifat impersonal media massa telah berubah bahwa media depersonalization berkontribusi pada masyarakat massa (disfungsi). Media massa sela antara individu dan menghapus kontak pribadi dalam komunikasi.

Ini juga telah mengubah bahwa media berfungsi untuk mengurangi berbagai subkultur dan membantu meningkatkan masyarakat massa. Ini adalah bangsa-bangsa itu karena media massa kita cenderung lebih banyak dan lebih untuk berbicara dengan cara yang sama. Berpakaian dengan cara yang sama, berpikir dengan cara yang sama dan bertindak dan bereaksi dengan cara yang sama. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa ribuan jam paparan media menyebabkan jutaan orang untuk menerima model-model peran yang disajikan oleh media. Seiring dengan kecenderungan ini untuk standardisasi adalah perubahan bahwa media massa menghambat pertumbuhan budaya.

Mungkin sebagian besar konten media ini dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan di sebagian besar surat kabar, jika mempertimbangkan banyak kolom, fitur dan pengisi. Media hiburan berfungsi untuk memberikan jeda dari masalah sehari-hari dan mengisi waktu luang. Media mengekspos jutaan untuk budaya massa dan seni musik dan beberapa berpendapat mereka meningkatkan selera publik dan preferensi dalam seni. Di sisi lain makan orang-orang yang berpendapat bahwa media mendorong pelarian, korup seni rupa, menurunkan selera publik dan menghambat pertumbuhan penghargaan terhadap seni.
Halord Lasswell (1948,1960) menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam setiap masyarakat dibentuk dan disebarluaskan yang merupakan ideologi yang mendukung jaringan secara keseluruhan (1960, hal 123). Dia mencatat bahwa dalam konflik ideologis dunia polities "elit yang berkuasa melihat satu sama lain sebagai musuh yang potensial ... (dan) ideologi yang lain tidak puas dapat mengajukan banding untuk elemen-elemen di rumah dan melemahkan posisi kekuatan internal dari masing-masing kelas penguasa." (1960 , hal 124).

Lasswell menambahkan bahwa "... salah satu elemen penguasa terutama waspada terhadap yang lain, dan bergantung pada komunikasi sebagai alat untuk melestarikan kekuasaan" (1960, hal 124). Membahas hambatan untuk komunikasi yang efisien dalam sebuah masyarakat. Lasswell catatan:

Beberapa ancaman yang paling serius untuk komunikasi yang efisien bagi masyarakat secara keseluruhan berkaitan dengan nilai-nilai kekuasaan, kekayaan dan hormat. Mungkin contoh yang paling mencolok distorsi kekuasaan terjadi ketika konten komunikasi dengan sengaja agar sesuai dengan suatu ideologi atau counterideology … Sebuah contoh khas inefisiensi terhubung dengan hormat (kelas sosial) terjadi ketika sebuah orang kelas atas hanya bercampur dengan orang-orang dari lapisan ini sendiri dan lupa untuk memperbaiki sudut pandangnya dengan menjadi anggota ti terkena kelas-kelas lain (1960, hal. 126-7).

Sering dikutip sebagai penyebab utama kerusuhan perkotaan pada 1960-an minoritas frustrasi karena ketidakmampuan untuk menyampaikan keluhan mereka ke masyarakat umum.

Berbicara tentang aliran informasi dalam masyarakat Lasswell mengatakan:
Ketika kelas penguasa takut pada massa, para penguasa tidak berbagi foto mereka realitas dengan pangkat dan file. Ketika raja-raja, presiden, dan lemari tidak diperbolehkan beredar melalui negara sebagai keseluruhan, tingkat perbedaan menunjukkan sejauh mana kelompok-kelompok yang berkuasa menganggap bahwa kekuasaan mereka bergantung. (1960, hal 129).

Jika "kebenaran" tidak dibagi, unsur-unsur yang berkuasa berharap konflik internal, daripada harmonis penyesuaian lingkungan eksternal negara. Maka saluran komunikasi dikendalikan ... sedemikian rupa sehingga hanya tanggapan yang akan datang yang dianggap menguntungkan posisi kekuatan kelas yang berkuasa. (1960, hal 129).
Wahyu yang terkandung dalam "Pentagon Papers" dari kebenaran tentang perang Vietnam tidak dibagi dengan orang Amerika adalah contoh yang baik dari titik-titik Lasswell membuat.

Gambar mental kita di dunia

Kolumnis politik terkemuka Walter Lippmann, menulis dalam Public Opinion klasik ini, membahas antara dunia dan "realitas" kita memandang dan bertindak atas. Dia menunjukkan bahwa sebagian besar dari apa yang kita ketahui lingkungan kita hidup dalam datang kepada kita secara tidak langsung, tapi, "Apa pun yang kita yakini sebagai gambaran yang benar, kita memperlakukan seolah-olah lingkungan itu sendiri." Lippmann menunjukkan bahwa meskipun kita menemukan sulit untuk menerapkan gagasan ini dengan kepercayaan atas mana kita sekarang bertindak, menjadi mudah untuk menerapkannya kepada orang lain dan lain usia dan menggelikan dunia di mana mereka berada di sungguh-sungguh mematikan.

Fungsi dan simbol, selain dari nilai mereka yang keluar dari tatanan sosial, sangat penting untuk komunikasi manusia. Hampir setiap individu berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tak terlihat dan sulit untuk dipahami. Lippmann mengamati "Satu-satunya perasaan bahwa setiap orang dapat miliki tentang suatu peristiwa ia tidak mengalaminya adalah perasaan terangsang oleh citra mental dari peristiwa itu." Dia menambahkan bahwa pada waktu-waktu tertentu seperti yang kita menanggapi kuat untuk berfungsi sebagai realitas, dan sering kami membantu membuat orang-fiksi.

Dalam setiap kasus ada telah disisipkan di antara kami dan lingkungan-lingkungan yang palsu, dan itu adalah palsu ini lingkungan yang kita menanggapinya. Jika tanggapan ini adalah tindakan, mereka berada di lingkungan nyata, bukan pseudo-lingkungan yang merangsang mereka. Untuk alasan ini Lippmann mengatakan, "... apa yang disebut penyesuaian manusia kepada lingkungan terjadi melalui media fiksi."
Lippmann tidak berarti bahwa fiksi adalah kebohongan, melainkan bahwa kita bereaksi terhadap sebuah representasi dari sebuah lingkungan yang diproduksi oleh diri kita sendiri. Kami melakukan ini karena lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, terlalu kompleks, dan terlalu singkat untuk pengalaman langsung. (Lihat Bab 5 pada abstraksi), dalam rangka untuk bertindak di lingkungan kita harus merekonstruksi sebagai model yang lebih sederhana sebelum kita mampu sedikit pun kesepakatan itu.

Penulis kemudian mendiskusikan "... di seluruh dunia tontonan orang-orang yang bekerja pada lingkungan mereka, tergerak oleh pseudo-rangsangan dari lingkungan." Tindakan-tindakan ini dapat mengakibatkan perintah "... yang ditetapkan dalam gerakan pasukan atau membuat perdamaian, kehidupan wajib militer, pajak, pengasingan , memenjarakan, melindungi atau menyita properti itu, mendorong perusahaan jenis dan mencegah yang lain, memfasilitasi imigrasi atau menghalanginya, memperbaiki komunikasi atau sensor itu, membangun sekolah, membangun angkatan laut, menyatakan 'polities,' dan 'nasib,' meningkatkan hambatan ekonomi, membuat properti atau unmake itu, membawa satu orang di bawah kekuasaan orang lain, atau mendukung satu kelas terhadap yang lain”.

Apa yang kita lakukan, maka, tidak didasarkan pada pengetahuan tertentu dan langsung tetapi pada gambar dunia, biasanya diberikan oleh orang lain. Cara kita membayangkan dunia menentukan apa yang kita lakukan, usaha kita, perasaan dan harapan, tetapi tidak kami prestasi atau hasil. Propaganda, Lippmann menunjukkan, adalah upaya untuk mengubah gambar yang kita menanggapinya.

Dalam Public Opinion, Lippmann berkaitan dengan alasan mengapa gambar dalam kepala kita sering menyesatkan kita dalam hubungan kita dengan dunia luar. Dia daftar di antara faktor-faktor yang membatasi akses kita pada fakta-fakta: buatan sensor; keterbatasan sosial; sedikit waktu yang tersedia setiap hari untuk memperhatikan urusan publik; distorsi dari peristiwa penekanan pesan pendek; penggunaan kosakata kecil untuk menggambarkan sebuah kompleks dunia (lihat Bab 5); dan takut menghadapi fakta-fakta yang mengancam kehidupan kita (lihat Bab 11)

Populer Perasa dan Aksi Sosial
Dalam sebuah artikel judul "Komunikasi Massa, Online Perasa dan terorganisir Aksi Sosial" (1948, 1960) dua terkenal dan dihormati peneliti komunikasi dan sosiolog, Paul F. Lazarsfeld dan Robert K. Merton, mengangkat beberapa pertanyaan penting mengenai penggunaan media dalam masyarakat kita. Salah satu keprihatinan utama mereka mengungkapkan mengenai media massa dalam digunakan oleh kelompok kepentingan yang kuat untuk melakukan kontrol sosial. Mereka menunjukkan bahwa bisnis terorganisir, yang "menduduki tempat yang paling spektakuler" di antara kekuatan utama kelompok-kelompok, telah menggantikan cara lebih langsung mengendalikan massa publik melalui penggunaan propaganda disebut "PR". Para penulis mengatakan, "kekuatan ekonomi tampaknya telah mengurangi eksploitasi langsung, sebagian besar dicapai dengan menyebarkan propaganda melalui media massa komunikasi".

Mereka menambahkan, "The program radio dan iklan kelembagaan melayani di tempat intimidasi dan pemaksaan." Dan "... media telah mengambil di tempat kerja publik massa membaca conformative ke status sosial dan ekonomi quo." (1960, hlm. 493 -- 4).
Lazarsfeld dan Merton kemudian pergi untuk membahas beberapa fungsi media: status conferral; penegakan norma-norma sosial, dan narcotizing disfungsi.

Status conferral, atau pengakuan oleh media massa, menunjukkan bahwa salah satu yang cukup penting untuk satu keluar dari massa dan bahwa salah satu perilaku dan pendapat yang cukup signifikan untuk menuntut perhatian media. Dengan melegitimasi status individu dan kelompok media menganugerahkan status dan prestise.
Media dapat menegakkan norma-norma sosial sebagai hasil dari "pemaparan" dari kondisi yang menyimpang dari yang dianut moralitas publik. Kekuatan publisitas anggota kelompok untuk mengakui bahwa telah terjadi penyimpangan ini dan memerlukan individu untuk mengambil sikap. Seorang individu dalam dipaksa untuk memilih antara yang menolak norma-norma dan mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai di luar kerangka moral atau norma-norma yang mendukung, apa pun atau kepercayaan pribadinya. Ketika penulis mengatakan, "Publisitas menutup kesenjangan antara 'sikap pribadi' dan 'moralitas publik." Oleh mencegah terus penghindaran dari suatu masalah publisitas membawa tekanan untuk satu daripada moralitas ganda. Media massa menegaskan kembali norma-norma sosial oleh publikasi mengekspos penyimpangan dari mereka.

Para penulis mengamati bahwa konsekuensi lain dari media massa adalah "narcotizing" dari pembaca atau pendengar rata-rata sebagai akibat dari rangsangan media banjir. Mereka menyebutnya "narcotizing disfungsi" pada asumsi bahwa masyarakat tidak dalam kepentingan terbaik untuk memiliki sebagian besar penduduk apatis dan lamban. Para penulis berpendapat bahwa hasil dari komunikasi banjir mungkin dangkal kepedulian terhadap masalah-masalah dan bahwa hal ini mungkin jubah massa kedangkalan sikap apatis. Yang tertarik dan informasi individu mungkin tahu tentang masalah-masalah masyarakat tanpa mengakui bahwa ia telah gagal untuk membuat keputusan dan melakukan sesuatu tentang mereka. Dengan cara ini, penulis mengatakan, media massa yang paling terhormat dan efisien narkotika sosial, dan peningkatan dosis dapat mengubah energi kita dari partisipasi aktif ke pasif pengetahuan (1960, hal. 501-2)

Sosial Conformism
Dalam masyarakat barat banyak media yang didukung oleh dunia bisnis perusahaan yang merupakan akibat dari sistem ekonomi dan sosial. Media, pada gilirannya, mendukung sistem itu. Lazarsfeld dan Merton dicatat bahwa dukungan ini tidak hanya datang dalam bentuk iklan tetapi juga dalam isi media yang biasanya mengkonfirmasi dan menyetujui struktur masyarakat sekarang. Dalam kata "... ini menggarisbawahi penegasan kembali melanjutkan tugas menerima" (1960, hal 503).

Para penulis perubahan yang terjadi ini karena tidak hanya melalui apa yang dikatakan, tetapi yang lebih penting, dari apa yang tidak dikatakan, untuk media "... gagal untuk menaikkan pertanyaan penting tentang struktur masyarakat." Para penulis mengatakan bahwa media yang disponsori komersial sedikit memberikan dasar bagi penilaian kritis masyarakat dan "... membatasi pengembangan meyakinkan benar-benar pandangan kritis" (hal. 503). Mereka mencatat bahwa ada sesekali artikel kritis atau program tetapi bahwa mereka sangat sedikit sehingga mereka kewalahan oleh gelombang bahan konformis.

Karena kesetiaan membabi buta yang dipromosikan oleh media komersil, para penulis mengatakan bahwa media tidak dapat diharapkan untuk bekerja bahkan musuh perubahan kecil dalam struktur sosial. Catatan Merton Lazarsfeld dan tujuan sosial yang ditinggalkan oleh media komersil ketika tujuan mereka mengganggu dengan keuntungan dan hasil tekanan ekonomi ini sesuai dengan menghilangkan isu-isu sensitif (1960, hal 504).

Kondisi Media Efektivitas
Lazarsfeld dan daftar Merton tiga kondisi yang mereka katakan membuat efektivitas media: monopoli, kanalisasi agak bahwa perubahan nilai-nilai dasar dan tambahan tatap muka kontak.

Monopoli terjadi dalam ketiadaan counterpropaganda media massa. Selain masyarakat otoriter juga ada dalam setiap masyarakat untuk setiap masalah, nilai, kebijakan atau citra publik yang ada hampir tidak adanya counterpropaganda lengkap. Kadang-kadang dekat ini tidak adanya counterpropaganda lengkap digambarkan oleh fakta bahwa ketika seorang "suci" institusi ini dipertanyakan oleh media "atau program yang menjadi pusat kontroversi dan badai tahun kemudian dikenang sebagai pengecualian yang luar biasa terhadap norma. sebuah contoh adalah CBS dokumenter "The Penjualan Pentagon," yang mengangkat pertanyaan tentang apa yang disebut "kegiatan informasi militer tidak pantas." kenangan lain pengecualian terhadap norma yang mengakibatkan badai protes adalah CBS dokumenter "Panen of Shame, "berhubungan dengan pertanian migran tenaga kerja, dan" Kelaparan di Amerika, "serta dokumenter PBS" yang Diundang US? "yang mempertanyakan kebijakan luar negeri AS dan" Bank dan Kaum Miskin. "(Brown, 1971, hal. 328-332) Banyak asumsi lain, isu, kebijakan dan nilai-nilai hanya peripherally ditangani, jika sama sekali. Televisi dokumenter "Business Agama" mempertanyakan beberapa aspek agama sama, tetapi pertanyaan yang lebih besar dari nilai keseluruhan agama dalam masyarakat adalah jarang, jika pernah, dibahas dalam media besar. Selama dekade terakhir media semakin mempertanyakan metode bisnis, tanpa pernah mempertanyakan asumsi dasar - misalnya, kepemilikan swasta sumber daya alam. Hanya dalam kecil dan publikasi yang sangat khusus menemukan bahwa salah satu pertanyaan serius dari keluarga sebagai unit dasar yang paling efektif untuk mengatur masyarakat pasca-industri, bahkan dengan tingkat perceraian nasional saat ini dilaporkan pada 40 persen. Apa pun maksud para perumus amandemen pertama, apa pun argumen dari pencerahan bahwa "kebenaran akan menang di pasar gagasan," apa pun logika dalam argumen Mill untuk kebebasan berpikir dan diskusi, banyak asumsi-asumsi dasar yang mendasari masyarakat tidak pernah dipertanyakan atau ditantang dengan cara yang berarti.


Mengendalikan Berita Staff dan Mempertahankan Patung Quo

Mengapa dan bagaimana mempertahankan media berita dan kebijakan editorial dieksplorasi dalam dua artikel oleh Warren Breed, mantan wartawan surat kabar, Columbia Ph.D., dan lama staf pengajar di Tulane University. Dalam "Kontrol Sosial dalam Rubrik" (1955, 1960), Breed mengeksplorasi daerah-daerah di mana berita dan kebijakan editorial biasanya dipelihara dan di mana ia dilewati. Breed mengamati bahwa penerbit surat kabar, sebagai wakil atau kepemilikan, memiliki hak untuk menetapkan dan menegakkan kebijakan koran. Namun, tidak otomatis sesuai.

Dengan kebijakan Breed berarti orientasi yang ditunjukkan oleh sebuah surat kabar dalam tajuk rencana, kolom dan headline berita mengenai isu-isu dan peristiwa tertentu. "Miring" hampir tidak pernah berarti prevarication, Breed menunjukkan, bukan itu adalah "kelalaian, diferensial seleksi, dan penempatan preferensial, seperti 'menampilkan' kebijakan pro-item, 'membeli' kebijakan anti-cerita, dll" Breed isi bahwa setiap surat kabar, apakah itu mengakui atau tidak, memiliki kebijakan. Polities, bisnis dan tenaga kerja adalah bidang utama kebijakan, yang sebagian besar hasil dari pertimbangan kelas. Breed menunjukkan bahwa biasanya mencakup kebijakan karena seringkali bertentangan dengan norma-norma jurnalisme etnis dan eksekutif media yang ingin menghindari malu dengan tuduhan bahwa mereka telah memerintahkan berita miring dari sebuah cerita.

Karena sifat mencakup kebijakan reporter baru tidak bisa diberitahu apa kebijakan tersebut, tetapi harus belajar untuk mengantisipasi apa yang diharapkan untuk memenangkan hadiah dan menghindari hukuman. Karena kebijakan ini tidak pernah dibuat eksplisit wartawan baru belajar kebijakan dalam sejumlah cara-cara tidak langsung. Pertama, para staf-nya membaca koran sendiri setiap hari dan belajar untuk mendiagnosis karakteristiknya. Biasanya sendiri-sendiri berpola output setelah itu dari rekan newsroom. Cerita pendatang baru cenderung merefleksikan apa yang didefinisikan sebagai prosedur standar. Pengeditan pendatang baru salinan panduan lain untuk apa yang atau tidak dapat diterima. Kadang-kadang seorang staf mungkin, dalam cara yang miring, akan ditegur. Implikasinya adalah bahwa hukuman akan mengikuti kebijakan jika tidak ditaati.

Melalui gosip di antara staf dengan cara lain wartawan baru belajar dari kepentingan, afiliasi dan karakteristik dari eksekutif. News konferensi, di mana garis besar temuan dan staf eksekutif mengatakan dan tidak mengatakan. Sekali lagi, kebijakan ini tidak dinyatakan secara eksplisit. Sumber informasi lain untuk staf mengenai rumah eksekutif organ, pengamatan para eksekutif dalam pertemuan dengan berbagai pemimpin dan eksekutif pendapat suara di saat-saat tak dijaga.

Kemungkinan untuk Kebijakan Deviation

Namun, ada situasi yang memungkinkan penyimpangan dari kebijakan. Karena kebijakan ini tersembunyi, dengan norma-norma tidak selalu sepenuhnya jelas. Jika kebijakan yang dijabarkan secara eksplisit, motivasi, alasan, alternatif dan bahan komplikasi lain harus disediakan. Karena tidak polities dijelaskan wartawan sering mempunyai zona undefined yang memungkinkan sejumlah kebebasan.

Staf yang berkumpul yang baru menggunakan pengetahuan unggul dari sebuah cerita menumbangkan karena eksekutif mungkin tidak mengetahui fakta-fakta tertentu. Staf berada dalam posisi untuk membuat keputusan di banyak titik. Jika staf tidak bisa "bermain" untuk sebuah cerita karena melanggar kebijakan maka cerita bisa "ditanam" melalui staf yang ramah pesaing. Reporter kemudian dapat menyatakan bahwa cerita telah menjadi terlalu besar untuk diabaikan.

Staf meliputi "mengalahkan" (polisi, pemadam kebakaran, kota, aula, pengadilan, dll) memiliki peluang yang lebih besar dalam menentukan mana cerita untuk menutup dan yang mengabaikan bahwa mereka yang bekerja pada setiap tugas dari seorang editor. Mengalahkan wartawan kadang-kadang dapat mengabaikan cerita-cerita yang akan mendukung kebijakan mereka tidak suka atau merasa bertentangan dengan kode etik profesional. Tentu saja, ini hanya mungkin jika pesaing potensial bekerja sama.
Dan, seperti yang diperkirakan, wartawan yang dianggap "bintang" bisa lebih sering melanggar kebijakan daripada yang lain.

Breed berpendapat bahwa kebijakan sejauh dipertahankan sistem yang ada hubungan kekuasaan dipertahankan. Dia mengatakan, "Kebijakan biasanya melindungi properti dan kepentingan kelas, dan dengan demikian strata dan kelompok-kelompok memegang bunga ini akan lebih mampu untuk mempertahankan mereka." (1960, hal 193). Sementara banyak berita yang dicetak secara objektif sehingga masyarakat dapat membentuk opini secara terbuka, informasi penting sering ditolak warga ketika berita kebijakan dimakamkan atau miring.

Breed menyimpulkan bahwa karena sumber newsperson penghargaan ini dari rekan kerja dan atasan bukan dari staf pembaca meninggalkan cita-cita kemasyarakatan dan profesional demi tingkat yang lebih pragmatis dari nilai-nilai newsroom. Dengan demikian para staf keuntungan status kedua kelompok penghargaan dan penerimaan. Breed berkata, "Jadi patters budaya ruang berita hasil tidak mencukupi untuk kebutuhan demokratis yang lebih luas. Setiap perubahan penting ke arah yang lebih 'bebas dan bertanggung jawab tekan' harus berasal dari berbagai kemungkinan tekanan pada penerbit, yang melambangkan kebijakan dan koordinasi membuat peranan. "(1960, hal 194).

Massa Komunikasi dan Integrasi Sosial budaya

Dalam artikel kedua, Warren Breed (1956, 1964) melihat pada cara di mana fungsi media untuk mempertahankan status quo. Dia menunjukkan bahwa dalam konflik nilai-nilai media massa kadang-kadang pengorbanan akurat pelaporan peristiwa penting untuk kebaikan menghormati konvensi, kesopanan dan ketertiban publik. Berkembang biak mengamati bahwa umumnya surat kabar berbicara dengan baik di rumah kota dan para pemimpinnya. Sebagian besar contoh-contohnya berkaitan dengan perlindungan terhadap nilai-nilai dominan dan kepentingan masyarakat Amerika.

Breed dimulai dengan mengamati bahwa masalah besar bagi setiap masyarakat adalah pemeliharaan ketertiban dan kohesi sosial, termasuk konsensus atas sistem nilai. Dia mengutip EC Devereux, "seperti kepala-on konflik akan dicegah juga oleh berbagai komunikasi yang terdapat dalam struktur sosial; taboo'd daerah hanya tidak dapat membahas, dan karena itu konflik tidak perlu 'dihadapi'" (1964, p . 186).
Sebuah contoh yang agak dramatis "taboo'da daerah" dapat dilihat pada kurangnya media diskusi tentang rancangan ketidakadilan selama Perang Vietnam. Dalam kebanyakan kasus anak-anak kelas menengah masuk kuliah, sementara anak-anak miskin pergi ke Asia. Dalam langka dan sangat jujur artikel di National Observer seorang penulis, James Follows, menggambarkan bagaimana dalam tahun seniornya kuliah (1969) lotere rancangan telah dilembagakan dan nomor (45) menunjukkan bahwa dia mungkin akan dipanggil untuk dinas militer. Dalam sebuah artikel halaman penuh Follows menceritakan bagaimana ia dan teman-temannya menciptakan cara-cara untuk melarikan diri sementara pelayanan kurang canggih pemuda dari seluruh kota sedang dirancang grosir. Perlu dicatat bahwa artikel itu diterbitkan beberapa tahun setelah keterlibatan Amerika di Vietnam berakhir. (Fallows, 1976).

Berikut menyimpulkan, "... kita warisan dari Vietnam yang kaya dengan potensi untuk kelas benci. Perang Dunia II memaksa orang untuk hidup bersama; vietnam membuat mereka terpisah secara kaku, sebuah proses di mana orang-orang seperti saya hanya terlalu senang untuk bekerja sama ... Di antara mereka yang pergi berperang, ada sisa kebencian, hasil alamiah dari pandangan dingin pada yang akhirnya membayar harga apa. Pada bagian dari mereka yang diselamatkan, ada sisa rasa bersalah sering begitu dalam terkubur itu wajar permukaan keras hanya dalam penyangkalan bahwa ada sesuatu yang merasa bersalah ".

Politik dan Ekonomi
Breed menemukan bahwa item dalam bidang ekonomi dan politik yang paling sering diabaikan. Biasanya mereka yang terlibat "... elit individu atau kelompok memperoleh hak istimewa melalui nondemocratic berarti." Dia mencatat bahwa fakta yang paling mencolok adalah bahwa kata "kelas" adalah jarang disebutkan di media. Breed mengamati, "... kelas, karena kesenjangan sosial, adalah sangat antitesis dari kredo Amerika" (hal. 196). Sebuah contoh menyolok kelalaian media datang ke perhatian publik pada tahun 1968 ketika The Reader's Digest, pemilik Funk dan Wagnalls, berhenti penerbitan buku kritis terhadap bisnis periklanan (The Diizinkan Lie) yang ditulis oleh seorang mantan presiden biro iklan. Ini terjadi setelah buku ini telah banyak dipublikasikan, 5.000 eksemplar telah dicetak, dan buku telah diserang di pra-publikasi iklan tinjauan di beberapa jurnal perdagangan. Penulis, Samm Sinclair Baker, dikutip, "Aku diberitahu bahwa The Reader's Digest percaya bahwa periklanan yang baik untuk bisnis dan bisnis yang baik bagi negara." Mr Baker menambahkan, "Implikasinya adalah bahwa hal itu hampir satu patriotik buku. "(Raymont, 1968). Buku ini kemudian diterbitkan oleh penerbit lain.

Topik yang lain jarang dibahas di media massa dalam ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan. Ketika rumah mendorong kota dan negara bagian biasanya media cepat untuk melaporkan peningkatan dalam pendapatan rata-rata, sementara tetap diam pada distribusinya. Contoh dari cerita ini merinci meningkatnya pendapatan per kapita rata-rata dalam satu negara dan yang banyak jika kota negara (Associated Press, 19 November 1978). Dilupakan adalah fakta bahwa akuntansi pendapatan federal pajak dari negara selama dua puluh tahun (1953-73) pangsa pendapatan termiskin 10 persen dari populasi menurun dari sedikit kurang dari dua persen dari total pendapatan dilaporkan kepada kurang dari satu setengah dari satu persen dari total pendapatan yang dilaporkan. Dalam dua puluh tahun periode yang sama pendapatan terkaya 10 persen dari populasi meningkat dari 26 persen dari semua pendapatan hingga 30 persen. Dengan kata lain, pada tahun 1953 terkaya 10 persen dari penduduk memiliki total penghasilan 13 kali lebih besar daripada termiskin 10 persen. Pada tahun 1973 terkaya 10 persen memiliki total penghasilan 70 kali lebih besar dari yang paling miskin 10 persen (Texas diamati, 1978).

Fakta bahwa pendirian media tidak membicarakan bahwa kesenjangan pendapatan yang lebar bahkan lebih dimengerti ketika seseorang mempertimbangkan mengutip bahwa negara tidak memiliki ataupun pribadi pajak penghasilan badan. Bahwa pendapatan dari 10 persen terkaya mungkin bahkan lebih besar daripada yang dilaporkan sejak bahwa negara adalah salah satu dari dua account yang lebih dari setengah dari semua penipuan pajak setiap tahun.

Di antara daerah-daerah suci lainnya yang daftar Breed agama, keluarga, patriotisme, masyarakat, kesehatan dan dokter dan keadilan. Telah disebutkan adalah sebuah pengecualian pada topik agama, dokumenter televisi. "Bisnis Agama," salah satu dari beberapa upaya kritis untuk menjelajahi beberapa praktek mapan, "terhormat" agama. Breed agama mengatakan, "Perlu dicatat bahwa agama adalah makna ganda integrasi sosial: hal itu tidak hanya sebuah nilai dalam dirinya sendiri, tetapi membenarkan dan nationalizes sentimen-sentimen yang lain untuk membawa masyarakat.

Breed berpendapat bahwa media menggambarkan keluarga sebagai sebuah lembaga yang tanpanya masyarakat akan binasa sementara itu mungkin bahwa dalam beberapa tahun terakhir media mengabdikan beberapa waktu dan ruang untuk alternatif gaya hidup, secara umum tampaknya sulit berpendapat Breed sengketa.

Breed mengamati bahwa patriotisme adalah nilai lain yang dilindungi oleh media. Dia berkata, "Ketika seseorang dituduh ketidaksetiaan, baik diskusi kepadanya oleh media secara tajam diperiksa. Dia tidak dapat didramatisasi sebagai seorang individu atau seorang pemimpin, hanya sebagai 'kontroversial' orang yang dicurigai ".

Ketika Muhammad Ali (kemudian dikenal sebagai Cassius Clay), dunia beban berat juara, bereaksi terhadap kemungkinan sedang dibuat dengan, "Aku punya apa-apa terhadap mereka Viet Congs," tinju komisaris, promotor dan kelompok veteran menemukan pernyataan "tidak patriotik "dan" menjijikkan ". Judul pertarungan itu dibatalkan, enam kota-kota lain menolak berperang, dan, akhirnya, itu dijadwal ulang untuk Toronto. Kemudian sponsor siaran radio dan sebagian besar perencanaan teater untuk menampilkan pertarungan di televisi sirkuit tertutup dibatalkan kontak mereka. Ali bahkan dikecam di lantai Dewan Perwakilan (15 Maret 1966) oleh Rep Frank Clark (D., Pa)> (IF Stone's Weekly, 1966) Ali gelar kelas berat dibawa pergi dari padanya dan ketika dia memilih hitam nama muslim Muhammad Ali media ejek dan menolak untuk menggunakannya selama berbulan-bulan.

Kesehatan
".... Dokter hampir tidak pernah ditampilkan dalam cahaya yang buruk oleh pers, dan pengobatan dokter di media lain seperti serials siang hari sering memuja, "Says Breed. Langka memang adalah cakupan seperti lima bagian dalam seri mendalam oleh New York Times membahas jumlah dokter yang tidak layak, tidak kompeten operasi, resep buruk, dan medial cover-up (New York Times, 26-30 Januari, 1976), atau bagian enam seri oleh Milwaukee Journal berjudul "The Merana Blues" pemeriksaan medis dan bedah asuransi secara mendalam (Milwaukee Journal, 30 Mei - 4 Juni, 1976).
Bab berikutnya menceritakan apa yang diikuti sebagai hasil dari seri Times malpraktik medis.

Bahkan jarang adalah cerita yang menunjukkan "dokter bertindak egois daripada fashion profesional" (Breed, 1964, hal 195). Salah satu kisah-kisah ini menceritakan tentang seorang dokter Alabama putih yang menarik yang baru saja dijahit jahitan dari lengan selama 13 tahun anak laki-laki hitam ketika ayah pemuda tidak bisa membayar biaya $ 25 (Associated Press, 16 April, 1976).

Hukum dan Keadilan

Keadilan adalah bidang kebijakan media lain dicatat oleh Breed. Pada subjek diferensial perhatian kepada kejahatan yang dibentuk Jaksa Agung Amerika Serikat telah berkata:
Kejahatan yang paling perhatian kita membayar makan yang dilakukan oleh orang-orang dari keuntungan yang lebih mudah, kurang ofensif, kurang terlihat cara melakukan salah. Kejahatan kerah putih biasanya merupakan tindakan orang-orang yang dihormati dan sukses. Haram keuntungan dari kejahatan kerah putih jauh melebihi orang-orang dari semua kejahatan lain yang dikombinasikan ... Salah satu perusahaan dalam menetapkan harga konspirasi kriminal dikonversi lebih banyak uang setiap tahun itu terus daripada semua dari ratusan ribu perampokan, pencurian di larcenies atau seluruh bangsa selama sama tahun ... kejahatan kerah putih adalah yang paling korosif dari semua kejahatan. Membuktikan yang dipercaya dapat dipercaya; yang beruntung tidak jujur. Ini menunjukkan kemampuan orang-orang dengan peluang yang lebih baik untuk menciptakan kehidupan yang layak bagi diri mereka sendiri untuk mengambil harta milik orang lain. Karena tidak ada kejahatan lain, itu pertanyaan moral kita serat. (Clark, 1970, hal 38).

Dua peneliti memeriksa laporan kejahatan selama satu bulan oleh dua surat kabar harian di salah satu kota terbesar di Amerika. Mereka menemukan bahwa sementara hampir 36 persen atau 2.814 dari 7.901 yang melaporkan kejahatan larcenies, baik koran membawa cerita tentang salah satu dari mereka selama sebulan (Antunes dan Hurley, 1977).

Breed berpendapat bahwa fungsi media untuk melindungi "kekuasaan" dan "class". Dia mengamati bahwa, "selama berabad-abad kritikus mencatat kekuatan tidak proporsional elite dan mengedipkan mata oleh media pada tindakan mereka." Nilai-nilai lain perlindungan yang diberikan oleh media adalah kapitalisme, rumah, agama, kesehatan, keadilan, bangsa dan masyarakat .

Breed mengatakan bahwa ketika melakukan drama televisi menggambarkan seorang pengusaha sebagai penjahat mereka fokus pada individu, bukan pada lembaga. Ketika penyelidikan laporan surat kabar yang merinci kesalahan struktural pembiayaan kampanye, lobi, konsentrasi kekuatan ekonomi, dll Breed isinya bahwa mereka biasanya tidak tampil. Dia mengatakan bahwa pemirsa menjadi tidak nyaman dengan program-program seperti sangat jujur Mike Wallace wawancara dan bahwa ini "membuktikan pengecualian aturan," "media tidak menantang institusi dasar dengan mengeksplorasi kelemahan dalam lembaga kerja."

KESIMPULAN
Ini menjadi jelas, karena hanya naif mungkin tidak mengharapkan, bahwa fungsi ideal media massa, yang di cukup berbeda dengan praktik aktual. Wright, Lasswell, Lippmann, Lazarsfeld, Merton, dan Breed hanyalah beberapa dari banyak yang telah melakukan pengamatan seperti itu. Kesenjangan antara ideal dan realitas tetap menjadi salah satu masalah bagi masyarakat yang demokratis.

TEORI MEDIA DAN MASYARAKAT (Katherine Miller. Communications Theories; Perspectives, Processes, and Contexts)

Oleh: Fachrur Rizha, S.Sos.I

Dalam bab ini ada tiga teori pendekatan kepada media dan masyarakat. Teori agenda setting, mempertimbangkan cara-cara di mana sumber-sumber media mempengaruhi persepsi tentang apa yang merupakan isu-isu penting yang diterima setiap harinya. Teori spiral of silence, upaya untuk menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal yang dimediasi dan bekerja sama untuk membungkam suara-suara buku tebal dalam perdebatan publik dan mempengaruhi pasang surut dan arus opini publik. Akhirnya, teori kultivasi melihat bagaimana televisi membentuk pandangan kita dari apa yang diinginkan dunia sosial.

TEORI AGENDA SETTING
Rogers dan Dearing (1988) menemukan bahwa kekuatan opini public telah dicatat selama berabad-abad. Konsep modern penetapan agenda, Namun, sering dikaitkan dengan Walter Lippmann (1922) dalam bukunya Public Opinion, bahwa media massa membuat gambar peristiwa dalam pikiran kita dan pembuat kebijakan yang harus sadar itu "gambar di kepala orang". Pertengahan abad ke-20, perhatian para cendekiawan media berpaling dari efek yang agak buram dan tampak justru cara-cara di mana media yang kuat dan efek langsung pada individu dan masyarakat.

Media tidak langsung membentuk opini tentang suatu topik, tetapi malah justru topik yang dipandang sebagai cukup penting untuk mempunyai tentang pendapat. Sebagai contoh, berikut penelitian hipotesis ini akan memprediksi bahwa setiap orang menonton berita di televisi atau membaca koran akan setuju bahwa aborsi, pajak dan pertahanan nasional adalah isu-isu penting hari itu. Namun, media tidak akan mempengaruhi pendapat tertentu tentang topik ini.

Lingkup yang luas definisi agenda setting melibatkan pertimbangan tiga agenda terkait : agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan. Agenda media adalah himpunan topik yang ditujukan oleh sumber media (misalnya, koran, televisi, radio). Agenda publik itu serangkaian topik yang anggota masyarakat percaya bahwa ini penting. Akhirnya, agenda kebijakan isu-isu yang mewakili pembuat keputusan (misalnya, legislator dan mereka yang mempengaruhi proses legislatif) percaya sangat menonjol.

TEORI SPIRAL OF SILENCE

Teori spiral keheningan mengusulkan bahwa orang akan enggan untuk mengungkapkan pendapat jika mereka menjadi percaya saat ini bertentangan dengan pendapat mereka sendiri atau jika mereka percaya bahwa pendapat sudah berubah ke arah yang bertentangan dengan pendapat mereka sendiri. Noelle-Neumann percaya bahwa efek ini akan sangat tegas sehubungan dengan prediksi dinamis opini publik tentang suatu masalah dan akan tergantung pada penilaian masa depan pendapat ketika saat ini dan masa yang akan datang penilaian tidak setuju. Noelle-Neumann melihat teori spiral keheningan sebagai mencakup semua teori opini publik yang menghubungkan proses psikologi social yang berbeda, interper sonal komunikasi, dan media massa.

Noelle-Neumann juga melihat spiral keheningan sebagai sebuah proses dinamis. Noelle-Neumann percaya bahwa keengganan untuk berbicara pada suatu isu tertentu akan lebih meningkatkan penggambaran media dan pribadi menilai bahwa pendapat yang berlaku terhadap beberapa pendapat. Sebagai gambaran dan penilaian ini menjadi lebih dimodifikasi, beberapa individu akan cacat dengan pendapat yang tampaknya berlaku atau setidaknya akan gagal untuk merekrut orang baru yang kurang dominan. Sebagai Akibatnya, opini yang sebenarnya prediksi akan mengikuti pendapat dan spiral ke bawah.

Noelle-Neumann tidak mengusulkan bahwa spiral keheningan adalah proses menyeluruh,, namun la menunjuk tiga peringatan yang membatasi penerapan teori untuk spesifik isu dan orang-orang. Pertama, teori akan terbuka hanya ketika masalah yang dihadapi adalah masalah moral baik dan buruk, bukan faktual terbitan yang dapat berdebat dan diselesaikan melalui interaksi rasional dan logis. Kedua, mencatat bahwa keengganan untuk berbicara keluar akan kurang diucapkan dalam berpendidikan tinggi dan lebih kaya bagian dari populasi. Ketiga, untuk setiap topik yang keras pendukung inti akan selalu bersedia untuk berbicara dalam suatu masalah, menganggap persepsi yang kurang dari pendapat yang berlaku dalam arah yang berlawanan.

Teori kebisuan spiral adalah model relatif mudah pembentukan opini publik dan perubahan. Namun, dalam beberapa hal yang cukup rumit, jauh melibatkan fenomena di berbagai tingkat analisis (yaitu psikologis, interpersonal, dan media) dan berpendapat rumit selama-waktu perubahan. Beberapa variabel tambahan telah diidentifikasi sebagai faktor-faktor yang memprediksi kesediaan untuk berbicara di hadapan sebaliknya sentimen publik. Ini termasuk kekuatan dan kepastian pendapat, kepentingan kaki dan tangan politik, dan individu tingkat efektivitas diri.

TEORI KULTIVASI
Teori kultivasi didasarkan pada beberapa asumsi -asumsi mengenai televisi dan cara kita melihatnya. Asumsi-asumsi ini tidak mendahului program penelitian tetapi telah berkembang sebagai teori dalam penelitian ini tradisi mengakumulasi lebih banyak dan lebih banyak bukti tentang bagaimana kita menonton televisi dan efek televisi pada kehidupan sehari-hari dan pandangan dunia. Asumsi-asumsi ini summa-rized oleh Gerbner (1990).

Televisi telah jelas berubah pada berbagai tingkatan. Tapi perubahan ini dangkal. Nilai-nilai yang mendasarinya, demografi, ideologi, dan hubungan kekuasaan telah terwujud hanya sedikit fluktuasi dengan hampir tidak ada yang penyimpangan signifikan instalasi dari waktu ke waktu, meskipun sebenarnya perubahan-perubahan sosial yang telah terjadi. Teori kultivasi juga telah mengembangkan ide-ide tentang bagaimana kita melihat televisi. Secara khusus, mereka berpendapat bahwa "pemirsa menonton oleh jam" (Gerbner, 1990, 54). Teori kultivasi bersikukuh dengan berpendapat bahwa budaya bukan rangsangan atau model respons sederhana, model perubahan satu arah, atau model penguatan (Morgan cocok Signorielli, 1990).

Teori kultivasi paling sering diuji melalui perbandingan isi televisi dan kepercayaan orang-orang tentang sifat dari dunia. Pada awal dan mendefinisikan pekerjaan Gerbner dan rekan-rekannya, kedua potongan teka-teki yang disebut sebagai analisis isi dan analisis indikator budaya. Langkah pertama untuk menguji teori budidaya adalah penentuan konten televisi melalui conten analisis. Kedua, pengujian proses kultivasi melibatkan individu menilai keyakinan tentang dunia seperti apa dunia. Kemudian analisis kultivasi diuji hipotesis yang terdiri dari perbandingan antara keterangan penonton televisi dan pemirsa televisi berat. Jika pemirsa televisi berat 80 cenderung memberikan jawaban yang lebih sesuai dengan tanggapan televisi, peneliti akan memiliki dukungan untuk hipotesis kultivasi. Beberapa yang paling awal dari kritik teori kultivasi dicatat efek yang relatif kecil yang ditemukan untuk proses kultivasi dan fakta bahwa efek itu lebih jauh berkurang ketika mengendalikan jumlah variabel demografis yang relevan (misalnya, umur, jenis kelamin, pendidikan). Potter (1991a, 1993) berpendapat bahwa hubungan antara menonton televisi dan pandangan dunia mungkin bukan linear dan simetris yang diduga oleh satu teori kultivasi.

PEMBAHASAN
Dalam buku teori komunikasi Katherine Miller bab 15 mengenai teori media dan masyarakat menjelaskan mengenai beberapa teori yang berkaitan dengan sistem penyampaian informasi oleh media terhadap opini public dan perubahan masyarakat. Mulai dari teori agenda setting, teori spiral of silence dan teori mengenai kultivasi. Selain menjelaskan mengenai proses pengembangan tiap-tiap teori serta pembagian proses teori, dalam buku ini juga membahas kritikan dan sejumlah masukan mengenai pengembangan teori yang disesuaikan dengan pengembangan komunikasi.

Teori Agenda Setting

Teori ini mengambarkan mengenai bagaimana media massa mengatur dan mempengaruhi masyarakat dalam menentukan informasi. Media massa dapat membuat suatu agenda informasi yang nantinya akan dianggap penting oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya pemberitaan yang dianggap tidak penting oleh media akan menjadi tidak penting juga dalam masyarakat. Dalam agenda setting opini tentang suatu topik tertentu media massa dapat mempengaruhi oponi publik serta cara pandang masyarakat terhadap suatu hal. Salah satunya dapat dicontohkan, pemberitaan media massa mengenai pengambilan atau klaim dari Negara Malaysia terhadap beberapa kebudayaan Indonesia yang akhirnya menyebabkan suatu opini public yang negatif terhadap Negara Malayasia yang dianggap sebagai pencuri kepemilikan orang lain. Contoh lainnya saat media massa memberitakan suatu keburukan dari suatu perusahaan yang dianggap telah merugikan masyarakat, maka saat itu pula tanggapan masyarakat terhadap perusahaan tersebut akan menjadi buruk.

Teori ini banyak digunakan dalam mengakampanyekan calon dalam suatu pemilihan, baik itu pemilihan gubernur maupun presiden. Pemberitaan mengenai baik dan buruknya seorang calon akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap calon yang akan diplihnya.

Teori Spiral Of Silence

Teori spiral keheningan menjelaskan menegenai seseorang akan mempunyai kemungkinan untuk tidak akan mengungkapkan pendapatnya saat dia merasa bahwa apa yang terjadi pendapat yang berkembang telah tidak sesuai lagi dengan apa yang dinggap benar oleh orang tersebut. Hal ini menyengkut dengan opini publik mengenai suatu hal tertentu.

Dalam buku ini mencontohkan dalam hal pemilu di German yang diukuti dua partai besar Sosial Demokrat dan Cristian Demokrat, saat awal dilakukan poling keduanya memiliki harapan yang sama dari masyarakat untuk menang. Namun prediksi yang dilakukan dari voting dua bulan sebelum pemilu berbeda dengan apa yang terjadi saat pemilu. Dalam teori ini menunjukkan jika opini public tidak hanya diperlihatkan lewat apa yang dikatakan, karena terkadang yang dilakukan tersebut hanya dilakukan karena takut terosilasi dan juga ketika mereka percaya pendapat yang berlaku bertentangan dengan pendapat mereka sendiri ini bergerak ke arah yang jauh dari pendapat mereka, orang-orang tidak akan mau berbicara. Teori spiral silence ini sangat berkaitan dengan berbagai tingkat analisis, antara lain, psikologi, interpersonal dan media.

Teori Kultivasi

Teori kultivasi merupakan teori yang menggambarkan mengenai cara perkembangan perubahan kebiasaan masyarakat yang disebabkan oleh media massa. Dalam teori kultivasi lebih menitikberatkan pada pengaruh siaran televisi. Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan pengkajiannya pada studi televisi dan audiens, khusus memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Akan tetapi dalam perkembangannya teori tersebut bisa digunakan untuk kajian di luar tema kekerasan. Teori ini menitik beratkan pada asumsi yang akan terjadi pada masyarakat dari penayangan siaran televisi yang ditonton.

Salah satu contohnya adalah pada siaran televisi yang menayangkan kekerasan dan ditonton oleh anak-anak. Jika proses kultivasi yang disampaikan oleh media massa terutama televisi telah mengakibatkan perubahan sikap dalam diri anak-anak. Mereka juga seakan-akan tidak tahu lagi apa yang semestinya dilakukan oleh anak-anak, sehingga ini mengakibatkan anak-anak seakan telah bersikap dewasa atau dengan kata lain merasa dirinya bukan lagi di usia yang sebenarnya. Siaran televisi ini akan berakibat baik bila pesan yang disampaikan adalah pesan-pesan yang baik dan bermoral. Sebaliknya, akan menjadi bahaya besar ketika televisi menyiarkan program-program yang bobrok dan amoral, seperti kekerasan dan kriminalitas.

Dalam teori kultivasi yang dijadikan penelitian adalah dampak yang disebabkan oleh televisi terhadap penerimaan oleh masyarakat. Pengembangan siaran televisi yang mempengaruhi manusia untuk menjadikannya sebagai suatu kebutuhan dalam mendapatkan informasi terkadang juga telah mengakibatkan terpengaruhnya cara berfikir audien mengenai sesuatu hal yang kemudian diterapkan dalam kehidupan keseharinnya.